Sabtu, 08 Mei 2010

JEJAK ETAM : Masjid Shirathal Mustaqiem Samarinda


Waktu menunjukkan pukul 10.15 WITA, Jejak Etam memulai perjalanannya menuju salah satu masjid bersejarah di Samarinda Seberang. Sinar matahari terasa menyengat, udara kian panas ditambah kemacetan jalanan kota Samarinda yang kian menyesakan tak menyurutkan perjalanan JE menuju tempat bersejarah dimaksud. Lebih dari satu jam perjalanan ditempuh, JE memutuskan untuk beristirahat di warung es degan sekaligus mencari informasi ke warga tentang masjid dimaksud. Menjelang dzuhur JE melanjutkan menuju lokasi masjid yang diduga inilah masjid bersejarah itu, dengan bangunan permanen yang cukup luas dan megah. Kepada pengurus masjid JE menanyakan keberadaan masjid bersejarah dimaksud dan ternyata salah alamat, Masjid bersejarah bukan disini melainkan masih berjarak 1 km dari JE berada, pengurus memberitahukan Masjid Jami “Shirathal Mustaqiem” adalah masjid tertua dan bersejarah di Kota Samarinda.
Dengan berbegas, setelah berpamitan ke pengurus masjid, JE meluncur menuju lokasi. Sebuah area masjid cukup luas berpagar, berdiri kokoh bangunan masjid beserta menaranya yang kesemuanya terbuat dari bangunan kayu, keberkahan yang luar biasa sesampai di Masjid Shirathal Mustaqiem JE bertemu dengan imam masjid Bapak H. Zainuddin Abdullah, dari Beliaulah JE disambut dengan ramah, dan diberikannya berbagai informasi tentang sejarah Masjid Shirathal Mustaqiem. Melihat fisik bangunannya orang tidak akan menduga kalau Masjid Shirathal Mustaqiem berusia ratusan tahun, masih kokoh, terawat, tidak nampak rapuk pada setiap sisi bangunannya.

Sejarah Panjang Pendirian Masjid Shiratal Mustaqiem
Samarinda seberang, dekat Pelabuhan atau Jembatan Aji ada sebidang tanah yang pada siang hari dipakai warga menyabung ayam, malamnya jadi arena judi dadu, Pangeran Bendahara sebagai Kepala Adat dan Agama berunding dengan tokoh masyarakat mencari jalan keluar atas kondisi dimaksud, dan akhirnya disepakati dilakosi tersebut didirikan sebuah masjid sebagai sarana dan dakwah islamiyah kala itu. Pada tahun 1881 dimulailah pembangunan masjid dengan pemancangan 4 tiang utama (soko guru) yang merupakan sumbangan dari tokoh adat kala itu, 1 tiang utama dari Kapitan Jaya didatangkan dari loa Haur (Gunung Lipan), 1 tiang utama dari Pengeran Bendahara didatangkan dari Gunung Dondang, Samboja, 1 tiang utama dari Petta Loloncang Gunung Salo Tireng (Sungai Tiram) dan 1 tiang utama lainnya dari didatangkan dari Suangai Karang. Pembangunan masjid memakan waktu cukup lama yaitu 10 tahun tepatnya tanggal 27 Rajab 1311 H atau tahun 1891 Masehi pembangunan masjid selesai. Diresmikan oleh Imam Pertama masjid yaitu Sultan Kutai Adji Mohammad Sulaiman. Kehidupan masyarakat yang Islami dan kemegahan Masjid Shirathal Mustaqiem kala itu mampu menarik perhatian Saudagar Belanja Henry Dasen yang menghantarkan masuk Islam pada tahun 1901 dan beliau menyisihkan kekayaanya untuk membangun menara masjid yang berbentuk segi delapan bersusun 4 lantai dengan tinggi 21 meter. Berturut pembangunan masjid dilakukan tahun 1970, 1989 hingga 2001 tanpa merubah bentuk tapi menambah fasilitas prasarana masjid misalkan tempat wudhu, rumah kaum, perpustakaan, sekretariat Irma dan taman masjid. Areal masjid yang mempunyai luas 2.028 M2 dan memiliki bangunan masjid dengan ruang utama 418,18 M2, Ruang serambi depan 125,56 M2, dan Ruang serambi kanan kiri 174,58 M2

Aktifitas Masjid Shiratal Mustaqiem
Dalam perkembangannya sarana pendidikanpun ditingkatkan seperti tahun 1956 didirikan Madrasah Dinul Islamiyah (MDI), tahun 1972 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama pun turut berdiri. Kegiatan keagamaan siang hingga malam ditawarkan kepada masyarakat sebagai sarana piningkatan iman dan taqwa, adanya taklim ba’da maghrib, pengajaran baca Al Qur’an, serta adanya perpustakaan yang setiap saat masyakarat yang haus akan ilmu agama dapat dengan mudah mendapatkannya.
Sungguh beruntung masyarakat Samarinda yang memiliki tempat bersejarah yang berupa rumah Alloh, sehingga bisa dijadikan satu tujuan wisata hati, tatkala iman lemah, malas beribadah, maka tidak ada salahnya kita berkunjung ke Masjid Shirathal Mustaqiem, sholat disini, dzikir, apalagi beriktikaf seraya bertafakhur mengenang masa lalu sungguh bersemangatnya ummat terhadahulu kita dalam membentuk masyarakat yang Islami dengan simbul keberadaan Masjid Shirathal Mustaqiem , insya Alloh akan bersemangat kembali untuk beribadah.

Tak terasa waktu sudah sore, JE harus balik ke Samarinda, tentunya informasi Masjid Shirathal Mustaqiem belum lengkap dan pasti pembaca belum puas, JE mengajak pembaca untuk berkunjung ke sana.

1 komentar:

  1. assalamualaikum wr.wb...
    Selamat atas diluncurkannya Buletin Suara Ikadi Kalimantan Timur...
    Semoga dapat memberikan wawasan keislaman yang lebih kepada masyarakat,..terkhusus masyarakat Kaltim

    BalasHapus